SLEMAN - Hampir satu setengah tahun erupsi
Merapi, sejumlah infrastruktur di wilayah Kecamatan Cangkringan belum tergarap.
Paling mencolok kondisi jalan penghubung antar desa, yang sekaligus jalur
evakuasi. Bahkan jalan utama yang menjadi akses ekonomi warga belum ada
perbaikan.
Paling parah, hingga saat ini belum satupun jembatan di Desa
Kepuharjo dikembalikan seperti semula. Selain itu aspal jalan mengelupas juga
tampak di jalan alternatif penghubung Sleman-Klaten yang tiap hari dilindas
ribuan truk pengangkut pasir. Di antaranya di kawasan Argomulyo dan Jalan
Cangkringan-Prambanan di Bimomartani, Ngemplak.
Dari pantauan koran ini, lebih dari setahun kondisi jalan tersebut
masih sama, bahkan aspal mengelupas makin meluas.
Kades Kepuharjo Heri Suprapto mengatakan total panjang jalan
ekonomi penghubung antar dusun mencapai sekitar 10 kilometer. Setiap hari,
jalan-jalan tersebut menjadi akses warga mengangkut hasil bumi pertanian dan
perkebunan. “Dulu jalan itu juga sebagai jalur evakuasi,” ujarnya kemarin (8/5).
Jalan jalur ekonomi ini kondisinya banyak yang berlubang, meski
tak dilewati truk pengangkut pasir. Jalan seluas tiga meter ini hanya dilalui
kendaraan pengangkut sayuran dan buah-buahan. Selain jalan, sedikitnya tujuh
jembatan terputus belum diperbaiki. Itu antara lain di Dusun Jambu, Kaliadem,
Kopeng, Pagerjurang, dan Manggong.
Heri berharap semua jembatan segera dibangun secara permanen.
Setidaknya bisa dilalui kendaraan roda empat. Terutama jembatan penghubung
antara Glagaharjo-Kepuharjo
dan Umbulharjo-Kepuharjo.
Saat ini jembatan terbangun di wilayah Kepuharjo baru Pagerjurang.
Itupun termasuk kategori jembatan darurat. Bentangan plat baja dengan sling
(kawat baja). “Kami sudah mengajukan bantuan ke Dinas Pekerjaan Umum dan
Pemukiman (PUP). Tapi belum ada jawaban,” beber Heri. Mantan penambang pasir
manual itu mengaku memiliki uang kas desa guna perbaikan jalan. Namun, khusus
jalur yang dilalui truk pasir. Sebab, uang terkumpul merupakan bagi hasil
setoran penjualan pasir dari para sopir truk. “Kas memang ada, tapi kalau bukan
untuk peruntukannya, kan melanggar aturan,” jelas bapak empat
anak itu.
Dukuh Kaliadem, Kepuharjo Sakijo menambahkan kondisi jalan di
wilayahnya lebih parah dibanding tempat lain. Sebelum erupsi 2010, jalan utama
menuju kawasan lava tour Kaliadem berlubang dan bergelombang.
Tak pernah diperbaiki. “Saat ini jalan itu tertimbun pasir dengan kedalaman
antara 1 meter hingga 15 meter,” ungkap Sakijo.
Hanya mobil Jeep saja yang bisa melintas di area tersebut. Padahal
jalan itupun menjadi akses ekonomi warga, terutama mencari rumput dan
mengangkut batu. Menurut
Sakijo, kegiatan sehari-hari warga terhambat. Tak jarang setiap peternak harus
jalan kaki lebih 2 kilometer untuk sekadar mencari rumput segar. (yog/din)
No comments:
Post a Comment