Thursday, May 10, 2012

Warga Desak Perbaikan Akses Ekonomi

SLEMAN - Hampir satu setengah tahun erupsi Merapi, sejumlah infrastruktur di wilayah Kecamatan  Cangkringan belum tergarap. Paling mencolok kondisi jalan penghubung antar desa, yang sekaligus jalur evakuasi. Bahkan jalan utama yang menjadi akses ekonomi warga belum ada perbaikan.
Paling parah, hingga saat ini belum satupun jembatan di Desa Kepuharjo dikembalikan seperti semula. Selain itu aspal jalan mengelupas juga tampak di jalan alternatif penghubung Sleman-Klaten yang tiap hari dilindas ribuan truk pengangkut pasir. Di antaranya di kawasan Argomulyo dan Jalan Cangkringan-Prambanan di Bimomartani, Ngemplak.
Dari pantauan koran ini, lebih dari setahun kondisi jalan tersebut masih sama, bahkan aspal mengelupas makin meluas.
Kades Kepuharjo Heri Suprapto mengatakan total panjang jalan ekonomi penghubung antar dusun mencapai sekitar 10 kilometer. Setiap hari, jalan-jalan tersebut menjadi akses warga mengangkut hasil bumi pertanian dan perkebunan. “Dulu jalan itu juga sebagai jalur evakuasi,” ujarnya kemarin (8/5).
Jalan jalur ekonomi ini kondisinya banyak yang berlubang, meski tak dilewati truk pengangkut pasir. Jalan seluas tiga meter ini hanya dilalui kendaraan pengangkut sayuran dan buah-buahan. Selain jalan, sedikitnya tujuh jembatan terputus belum diperbaiki. Itu antara lain di Dusun Jambu, Kaliadem, Kopeng, Pagerjurang, dan Manggong.
Heri berharap semua jembatan segera dibangun secara permanen. Setidaknya bisa dilalui kendaraan roda empat. Terutama jembatan penghubung antara  Glagaharjo-Kepuharjo dan Umbulharjo-Kepuharjo.
Saat ini jembatan terbangun di wilayah Kepuharjo baru Pagerjurang. Itupun termasuk kategori jembatan darurat. Bentangan plat baja dengan sling (kawat baja). “Kami sudah mengajukan bantuan ke Dinas Pekerjaan Umum dan Pemukiman (PUP). Tapi belum ada jawaban,” beber Heri. Mantan penambang pasir manual itu mengaku memiliki uang kas desa guna perbaikan jalan. Namun, khusus jalur yang dilalui truk pasir. Sebab, uang terkumpul merupakan bagi hasil setoran penjualan pasir dari para sopir truk. “Kas memang ada, tapi kalau bukan untuk peruntukannya, kan melanggar aturan,” jelas bapak empat anak itu.
Dukuh Kaliadem, Kepuharjo Sakijo menambahkan kondisi jalan di wilayahnya lebih parah dibanding tempat lain. Sebelum erupsi 2010, jalan utama menuju kawasan lava tour Kaliadem berlubang dan bergelombang. Tak pernah diperbaiki. “Saat ini jalan itu tertimbun pasir dengan kedalaman antara 1 meter hingga 15 meter,” ungkap Sakijo.
Hanya mobil Jeep saja yang bisa melintas di area tersebut. Padahal jalan itupun menjadi akses ekonomi warga, terutama mencari rumput dan mengangkut batu.  Menurut Sakijo, kegiatan sehari-hari warga terhambat. Tak jarang setiap peternak harus jalan kaki lebih 2 kilometer untuk sekadar mencari rumput segar. (yog/din)

No comments: