Tuesday, May 29, 2012

UGM Cenderung Java Centris

JOGJA - Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta harus didorong menjadi perguruan tinggi negeri (PTNM) nasional yang posisinya sejajar dengan perguruan tinggi dunia. Namun, saat ini kecenderungan UGM malah menjadi PTN regional. Ini lantaran Kampus Biru terlalu banyak menerima mahasiswa asal Pulau Jawa.
Hal tersebut disampaikan Ketua Majelis Wali Amanat UGM Prof Dr Sofian Effendi dalam pelantikan Prof Pratikno sebagai rektor UGM di Balai Senat UGM kemarin (28/5). Hadir dalam pelantikan antara lain Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi Santoso, Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Akbar Tanjung, Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud M.D., Gubernur DIJ Sri Sultan HB X, Bupati Sleman Sri Purnomo, dan mantan Wali Kota Jogja Herry Zudianto.
Prof Sofian mengatakan, cita-cita pendiri bangsa agar perguruan di Indonesia bisa sejajar dengan perguruan di dunia mengalami sejumlah hambatan. Salah satunya adalah pemerintah yang hingga kini masih terus berupaya mengintervensi di pengelolaan perguruan tinggi negeri.
”Cita-cita ini sulit karena pemerinah begitu kuat mengintervensi dalam pengelolaan perguruan tinggi,” katanya.
Tidak hanya itu. Prof Sofian juga menilai UGM saat ini mengalami resentralisasi dalam penerimaan mahasiswa baru yang hanya menetapkan calon mahasiswa atas dasar tes akademik. Hal ini menyingkirkan kesempatan calon mahasiswa dari Indonesia Timur untuk diterima di UGM.
Menurut dia, hal ini tidak sesuai dengan cita-cita pendiri UGM agar menjadikan kampus ini sebagai kawah candradimuka bagi pendidikan pemuda dari seluruh Indonesia. ”Dalam beberapa tahun terakhir, hanya ada beberapa mahasiswa non-Jawa di tiap fakultas. Kecenderungan ini akan menjadikan UGM sebagai PTN lokal atau Java Centris. Ini tentu akan jadi masalah,” ujarnya. 
Dia meminta Prof Pratikno tetap mempertahankan UGM sebagai oase freedom of speech dan academic freedom. Menurutnya, pembatalan diskusi Irshad Manji di Sekolah Pascasarjana UGM beberapa waktu lalu menyentak seluruh warga UGM dan masyarakat.
”Kampus harus mempertahankan dirinya sebagai benteng pertahanan kebebasan akademik. Bukan malah mengalah pada kelompok tertentu yang mengancam mengganggu kampus jika Irshad Manji berbicara di kampus,” tuturnya. 
Tugas lain yang disampirkan kepada Prof Pratikno adalah peningkatan jumlah riset yang dibuat UGM. Dia meminta agar dekan Fisipol itu mampu mendirikan pusat penelitian yang terbaik di dunia dalam bidang keunggulan Indonesia. Yakni, penelitian tentang demokrasi pada masyarakat majemuk, desentralisasi pemerintahan dalam negara kesatuan, reformasi birokrasi, dan penelitian bidang lainnya.
Dikonfirmasi terpisah, Prof Pratikno menegaskan akan mengembalikan UGM sebagai kampus kerakyatan dan kebangsaan. Hanya saja, harus diakui disparitas pendidikan menengah yang cukup tinggi di antara daerah menjadi salah satu kendala. ”Salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah lewat kerja sama dengan Kemendikbud,” tuturnya.
Prof Pratikno juga menjamin ke depan UGM akan mengembalikan kebebasan berpendapat dan akademik. Dia tidak menampik banyak kritik yang mencuat berkaitan dengan pembatalan diskusi Irshad Manji beberapa waktu lalu.
”Tentu semua pihak memiliki keinginan agar kebebasan akademik dan mimbar dapat terjaga dan punya toleransi asal tidak melanggar norma sosial, agama, dan Pancasila, bukan dorongan dari masyarakat,” imbuhnya. (sit/amd)

No comments: