Target
Emas demi Ambisi Berlatih ke Jepang
PON
2012 Riau September mendatang akan menjadi pembuktian Toga. Dia akan turun di
nomor spesialisasinya kelas 90 kg. Inilah kesempatan emas baginya untuk
memberikan yang terbaik untuk Jogjakarta.
HARPAN
GUNAWAN, Jogja
Tak
susah mencari sosok pria kelahiran 6 Januari 1986 ini. Saat Radar Jogja menyambangi Dojo Sorowajan,
langsung bisa menemukannya. Maklum tubuh kekarnya langsung bisa dikenali.
Alumnus
UNY 2010 Jurusan Pendidikan Teknik Elektro sibuk berlatih. Lepas dari bangku
kuliah membuatnya bisa semakin berkonsentrasi. Dia lebih fleksibel mengatur
waktunya. Meskipun masalah kelasik seperti fasilitas peralatan latihan serta
lawan tanding untuk berlatih sangat minim.
’’Sebagai
satu-satunya pejudo DIJ di PON nanti memang sempat membuat saya terbebani,’’
kata anak pasangan Widono dan Siwi Sudarmi ini. Namun itu semua ditepisnya
dengan keyakinan kuat untuk memberikan yang terbaik untuk DIJ.
Latihan
keras, dukungan pelatih, orang tua, dan pengurus Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PJSI) DIJ membuatnya
semakin optimistis bisa mewujudkan ambisi meraih emas di nomor andalannya ini. ’’Dukungan
mereka semua membuat mental saya semakin kuat,’’ tegasnya.
Bekal
prestasi yang direngkuhnya sejauh ini akan menjadi senjata untuk mewujudkan
ambisinya itu. Hasil mentereng di berbagai kejuaraan menjadi bukti sahih bahwa
dirinya patut diperhitungkan. Di Kejurnas Judo 2011 lalu di Malang dia meraih
medali emas di nomor andalannya ini. Sebelumnya berbagai prestasi bersama tim judo
DIJ juga sudah digenggamnya.
Optimisme
Toga semakin tinggi dengan dukungan pelatih. Beruntung dia memiliki pelatih berstandar
nasional dan internasional Iswanda Sutanto. Dia ditunjuk memantapkan pejudo DIJ,
khususnya Toga Pramandita, ke ajang olahraga nasional empat tahunan
itu.’’Medali emas menjadi harga mati bagi Toga,’’ ujar Iswanda.
Terlepas
keinginannya menjuarai PON di Riau, cita-citanya ingin melakukan try out sampai mengikuti even Judo di
Jepang menjadi impiannya yang lain. Sejak menekuni judo sejak 2000 silam
keinginannya untuk menimba ilmu bela diri tersebut di Jepang semakin kuat.
’’Dari
dulu saya ingin ke Jepang tempat lahirnya judo. Dari PON nanti semoga jalan
menuju Jepang tercapai,’’ tekadnya.
Sisa
waktu yang tinggal sekitar empat bulan dimanfaatkannya untuk terus mengasah
teknik. Itu terutama teknik bantingan dengan mengandalkan tenaga dan kecepatan.
Masalah inilah yang semakin dia tingkatkan, karena sempat mendapat kritik dari
pelatihnya. Sebagai orang Jogja, Toga dinilai terlalu halus. Dia diminta keras
dan profesional di depan lawan.
Teknik-teknik
inilah yang terus dimatangkan oleh Toga. Dia menyadari lawan-lawan yang bakal
dihadapi tak mudah, seperti dari Jawa Barat, Kalimantan Timur, DKI Jakarta,
serta tuan rumah Riau.
Nah,
di luar kegiatan rutin sebagai pejudo Toga Pramandita juga mengasah kemampuan
bisnis. Sejak akhir 2011 lalu dia merintis bisnis batik. Bisnis yang dia lakukan
ini nyatanya cukup memberikan kesempatan baginya untuk mengembangkan potensi
dirinya selain sebagai atlet. ’’Ini saya lakukan di sela latihan dan mengajari
pejudo-pejudo junior,’’ ujarnya. (*/din)
No comments:
Post a Comment