JOGJA - Kisruh di tubuh
PSIM Jogja terus berkecamuk. Gaji dan bonus yang menjadi hal pemain belum
dibayarkan sepenuhnya. Mereka tetap menuntut manajemen untuk bertanggung jawab.
Pemain pun tak segan
mengadakan aksi. Serempak, mereka ”menodong” Ketua Umum PSIM Jogja Haryadi
Suyuti menandatangi surat pernyataan bersegel. Itu dilakukan Nova Zaenal dkk di
Stadion Mandala Krida Jogja saat laga Laskar Mataram kontra PSGL Gayo Lues dalam
lanjutan kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia (LI) Grup 1 kemarin (28/5). Laga
berakhir imbang 0-0.
Para pemain sempat
menolak datang ke stadion. Manajemen terus berusaha merayu. Mereka menggelar
pertemuan di Wisma PSIM Baciro. Pembicaraan berlangsung alot. Pemain kukuh ingin
mogok.
Nova Zaenal dkk menuntu
kejelasan gaji dan bonus. Hak mereka itu sudah lama tidak dibayarkan manajemen.
Manajemen PSIM yang
dikendalikan Direktur Utama Yoyok Setiawan sudah tak membayarkan gaji selama
dua hingga empat bulan terakhir. Termasuk menghutang bonus selama enam
pertandingan.
”Kami sudah tak percaya
lagi manajemen mau ngomong apa. Dari
kemarin-kemarin terus saja bicara gaji mau dibayar minggu depan. Terus minggu
depan lagi, minggu depan lagi. Kami capek
nunggunya,” ungkap Nova, kapten PSIM.
Sekitar satu setengah
jam sebelum jadwal pertandingan pukul 15.30 sikap pemain melunak. Nova dkk bersedia
meladeni PSGL. Namun, langkah itu didasari sejumlah syarat.
Syarat utamanya adalah Haryadi
mau menemui mereka di Wisma PSIM atau di Mandala Krida sebelum laga
berlangsung. Mereka juga meminta Haryadi menandayangani tuntutan para pemain.
Ada empat poin tuntutan.
Intinya, mereka mendesak Haryadi yang juga wali kota Jogja segera menyelesaikan
seluruh hak pemain dan ofisial yang belum dibayarkan manajemen. Surat tersebut
ditandatangani seluruh pemain PSIM.
”Katanya Pak Haryadi
mau menyelesaikan seluruh hak kami yang tertunggak pada akhir Mei. Nah, makanya saya minta Pak Haryadi
untuk menepati janjinya,” tambah Nova.
Hingga beberapa menit jelang
kick-off pertandingan, para penonton di
stadion dibuat galau. Mesdki para penggawa PSIM datang ke stadion sekitar pukul
14.30, para penonton belum mengetahui laga jadi dihelat atau tidak.
Tak lama berselang, para
pemain PSGL memasuki lapangan untuk melakukan pemanasan. Nova dkk memilih
bertahan di ruang ganti.
Sikap para pemain PSIM
ini lantaran Haryadi tak kunjung datang ke stadion. Padahal, Haryadi sudah urunan dengan Imam Priyono (wakil wali
kota Jogja) uang sebesar Rp 50 juta. Uang ini dijanjikan cair jika Nova dkk
mampu menaklukkan tim Macan Leuser.
Sekitar pukul 14.28,
Pak Wali -panggilan akrab Haryadi- datang. Dia meyakinkan pemain untuk merumput.
Tim asuhan pelatih Hanafing ini bersedia meladeni PSGL. Para pemain lokal bersiap
tanding.
Trio Belanda tetap
enggan tampil. Emile Linkers dan Kristian Adelmund emoh turun. Mereka sepaqkat
tidak tanding jika gaji belum dibayar.
Lorenzo Rimkus tidak
main karena memang sedang menderita cedera paha. Dia tidak tampil absen hingga
akhir putaran kedua.
Rimkus mengaku
seandainya kondisinya fit pun dia enggan bertanding. ”Ya, kami bertiga sudah
didera krisis finansial yang cukup parah. Bahkan saya dan Kristian masih
menunggak cicilan rumah di Belanda dan hutang tersebut berbunga. Jika tak
segera dibayarkan jelas hutang kami semakin banyak,” ungkapnya.
Setelah menjalani
pertandingan hingga babak pertama usai, Haryadi menandatangani surat tuntutan
pemain. Selain itu, Nova dkk juga mendapat kucuran dana tunai dari mantan Wali
Kota Jogja Herry Zudianto (HZ). Uang yang diserahkan HZ dikemas dalam amplop. Diperkirakan,
jumlahnya mencapai puluhan juta rupiah. Uang itu diberikan saat Nova hendak
memasuki ruang ganti saat istirahat jeda pertandingan.
Para pemain PSIM mengaku
kurang puas dengan Haryadi. Sebelum menandatangani surat pernyataan tersebut,
Haryadi menuliskan keterangan di bawah ”tempat” tanda tangan. Intinya, dia baru
bersedia menuruti tuntutan pemain jika manajemen melampirkan laporan keuangan.
”Ya memang kami cukup
senang karena Pak Wali Kota mau datang dan menandatangani surat tuntutan kami.
Namun sayangnya kenapa Pak Wali masih memberikan syarat. Tapi, kami coba berpikir
positif saja lah. Siapa tahu Pak Wali
mau transparansi,” timpal Nova.
Haryadi menegaskan memiliki
komitmen tinggi untuk mengeluarkan PSIM dari badai finansial. Namun seperti
yang dipikirkan Nova, dia ingin adanya transparansi di tubuh manajemen PSIM. Namun
dia juga berharap masalah yang mendera PSIM akan tuntas pada akhir pekan ini.
”Intinya transparansi
dulu, baru uang akan keluar. Saya pribadi sebagai ketua umum ingin PSIM segera
keluar dari badai finansial. Harapannya akhir pekan ini kelar semuanya,” ungkap
dia.
Meski akhirnya maui
bertanding, para pemain terlihat tampil tak spirit. PSIM pun ditahan PSGL, yang
menjadi penghuni juru kunci klasemen sementara.
Selain itu, uang Rp 50
juta yang sudah disiapkan Haryadi terancam tak cair. Menurut informasi yang
diterima Radar jogja, dana ini bisa
jadi diberikan kepada Nova dkk sebagai cicilan atas bonus enam pertandingan
yang belum dibayarkan manajemen.
Ketika dimintai
keterangan terkait keinginan Haryadi melihat laporan keuangan, Yoyok Setiawan
bergeming. Dia hanya mengatakan manajemen akan berusaha menyerahkan laporan
tersebut. (nes/amd)
No comments:
Post a Comment