Monday, May 07, 2012

PURWOREJO: Tujuh Rumah Terancam Amblas; Tergerus Sungai Kalipetus

 PURWOREJO -Sedikitnya tujuh rumah milik warga Dusun Kalitepus RT 04 RW 02 Desa Kesawen, Pituruh, Purworejo dan kompleka pemakaman desa
terancam amblas akibat tergerus sungai Kalitepus.
 Sedangkan 100 KK lainnya yang selama ini  menjadi langganan banjir kembali dihantui rasa cemas. Kondisi itu tak lepas dari intensitas hujan yang kembali tinggi dan berpotensi meluapkan sejumlah sungai induk Purworejo dalam sepekan terakhir.
"Saat tidak hujan dan debet air susut kami keladang dengan menyebrangi sungai, namun kalau kondisi banjir kami hanya bisa diam di rumah," ujar Hadi Santoso, Minggu (6/5).
Dikatakan,  Kalitepus merupakan gabungan empat
sungai besar di Kecamatan Pituruh. Yaitu Sungai
Kaligondang, Kaligintung, Sawangan, dan Sungai Kaliglagah.
Saat hujan turun di daerah hulu, keempat sungai itu sering meluap.
"Arusnya akan semakin liar saat bergabung menjadi satu di sungai
Kalitepus ini, dan selalu menjadi ancaman bencana banjir setiap
tahunnya," imbuhnya.

Adapun tujuh rumah warga yang terancam
longsor kikisan sungai Kalitepus antara lain rumah milik Hadi Santoso,
62, Parto Girun, 65, Ny Bakem, 30, Amat Rohimin, 70, Jumiyono, 65,
Warsono, 62, dan rumah milik Warsono Jepri, 70.
Beberapa warga Kesawen juga telah kehilangan lahan dan terpaksa harus menyeberang sungai saat pulang dan pergi keladang. Pergerakan alur
sungai itu sedianya sudah terjadi sejak tahun 2009. Akibatnya sungai
bergeser sejauh kurang lebih 100 meter mendekati pemukiman warga.
Parto Girun menambahkan, pihak desa sudah beberapa kali mengusulkan
pembuatan tanggul atau bronjong penahan arus untuk melindungi rumah
warga dari ancaman banjir khususnya ketujuh rumah di Dusun Kalitepus
yang berada tepat di tikungan bantaran sungai.

Namun sayang, usulan itu hingga kini belum ada realisasinya.
"Sebetulnya sudah direspon dengan pengukuran dan pemasangan patok
pemasangan bronjong oleh pemerintah tahun lalu. Namun baru sebatas
itu, belum ada aktivitas pembangunan bronjong," ungkapnya.
Amat Rohimin, 70, menyebutkan, pergerakan atau perpidahan sungai di
wilayah Kecamatan Pituruh merupakan fenomena alam yang sering terjadi.
Mengingat jalur yang dilalui arus sungai merupakan lahan tanah yang
mudah tergerus.
"Dulu sungai itu jauh di sana, dibalik pohon kelapa tengah tegalan
paling ujung sana, namun sekarang pindah kesini. Arusnya memang
terkonsentrasi disini sekarang, batang pohon kelapa dan dapuran bambu
pun ikut terbawa sata banjir melanda," bebernya. (tom/kus)

No comments: