Monday, May 07, 2012

HEADLINE: Bocorkan Soal, Guru Disanksi; Hari Ini 7.537 Siswa SD Ikuti Unas

 JOGJA – Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Jogja benar-benar memberikan perhatian serius agar ujian nasional (unas) SD bisa tetap jujur. Mereka bukan hanya menggunakan sistem pengawasan silang antarsekolah untuk menghindari guru membantu siswa mengerjakan soal. Juga, bakal memberikan sanksi tegas bagi guru yang tidak mengedepankan kejujuran.
”Pasti akan ada sanksinya. Apakah dilakukan rolling atau yang lain. Jika itu menyangkut guru PNS, kami pikirkan bersama dengan Inspektorat (Kota Jogja),” tandas Kepala Disdik Kota Jogja Edy Heri Suasana kemarin (6/5).
Ia menegaskan, Disdik tidak akan memberi toleransi bagi guru yang melanggar prinsip kejujuran. Jika ada guru membantu siswa mengerjakan soal, bukan cerminan dari seorang pendidik.
”Sudah ditegaskan, yang paling penting dari pelaksanaan unas adalah kejujuran. Ini yang harus dimengerti semua,” katanya.
Meski mengancam bakal memberikan sanksi tegas, Edy pesimistis ada guru yang menodai kejujuran. Apalagi, berdasarkan catatan pelaksanaan unas SD sebelumnya, selalu bersih. Berbeda dengan laporan pelaksanaan unas SMA/SMK dan SMP.
Unas SD yang dimulai hari ini (Senin, 7/5) diikuti 7.537 peserta. Mereka tersebar di 179 SD negeri dan swasta, serta tiga Madrasah Ibtidaiyah (MI). Pelaksanaan tahun ini dikerjakan di masing-masing sekolah, karena tidak ada penggabungan sekolah.
”Seluruh SD di Kota Jogja menyelenggarakan ujian nasional karena telah memenuhi syarat akreditasi dan jumlah peserta,” ujar Edy.
Demi kelancaran dalam pelaksanaannya, Disdik Kota mengerahkan 390 pengawas yang bertugas mengawasi di masing-masing sekolah. Termasuk pengawas cadangan di Unit Pelaksana Teknis (UPT) pokja Unas. Pengawas cadangan disiapkan untuk mengantisipasi jika ada peserta ujian yang tidak dapat mengerjakan unas di sekolah karena sakit atau kondisinya tidak memungkinkan dengan alasan jelas.
”Guru tidak boleh menjadi pengawas di sekolah tempatnya bekerja,” lanjutnya.
Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, untuk pelaksanaan unas SD, Disdik hanya menggunakan pengawas dari guru. ”Kami tidak melibatkan pengawas independen perguruan tinggi,” sambungnya.
Terhadap keamanan soal yang kerap menjadi kekhawatiran, Edy menegaskan, soal mendapatkan penjagaan 24 jam nonstop sebelum didistribusikan ke sekolah. Ruang dan almari tempat menyimpan soal juga disegel. Hal ini untuk mencegah kemungkinan adanya oknum menggandakan soal. Petugas dan pengawas baru akan mengambil soal di UPT tiap pagi sebelum ujian dimulai.
Siswa SD/MI dalam unas akan mengerjakan tiga mata pelajaran, yakni Bahasa Indonesia, Matematika, dan Ilmu Pengatahuan Alam (IPA). Batas nilai kelulusan siswa SD ditentukan sekolah masing-masing. Nantinya nilai kelulusan unas yang digabung ujian sekolah digunakan untuk seleksi masuk di tingkat SMP.
Berdasarkan pengalaman pelaksanaan unas SMP dan SMA/SMK, Komisi D DPRD Kota memberikan masukan agar pelaksanaan kali ini berjalan lancar. Mereka meminta Disdik lebih tegas dalam memberikan pengawasan.
”Karena mereka ini siswa SD, mereka harus lebih dikedepankan nilai-nilai kejujurannya,” saran Ketua Komisi D DPRD Kota Jogja Sujanarko. (eri/tya)

No comments: