JOGJA - Rasio guru dan siswa di Indonesia jauh lebih baik dibandingkan Korea .
Sayangnya, distribusi yang kurang merata mengakibatkan pendidikan di sini
menjadi tidak maksimal. Oleh karena itu, gerakan Indonesia Mengajar mengajak
generasi muda memberi inspirasi pendidikan sekaligus mengabdi kepada bangsa.
Penggagas Indonesia Mengajar Prof.
Anies Baswedan mengatakan, rasio jumlah guru dengan anak didik di Indonesia
sangat baik, yaitu satu guru untuk 18 siswa. Sedangkan di Korea satu guru untuk
30 siswa.
”Tetapi distribusi guru tidak
merata karena tidak semua mau ditempatkan di tempat terpencil,” katanya dalam
Roadshow Indonesia Mengajar bertema ”Generasi Muda Menggenggam Masa Depan” di
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Selasa (8/5).
Dia menyebut tiga masalah guru,
yaitu distribusi tidak merata, kualitas yang bermasalah, dan gaji rendah. Untuk
poin terakhir, penyelesaiannya ada di tangan pemerintah. ”Kita bisa ikut
menyelesaikan dalam hal distribusi guru,” tuturnya
Anies mengatakan, jumlah sekolah
kekurangan guru di kota
21 persen dan di pedesaan 37 persen. Sedangkan 66 persen sekolah daerah
terpencil kekurangan guru. ”Secara total, ada 34 persen sekolah Indonesia
kekurangan guru,” ujarnya.
Gerakan ini mengundang sarjana Indonesia
untuk menjadi guru. Pada 2009, kuota yang disediakan 51 kuota untuk dikirim ke
daerah terpencil. Target awal pendaftaran 500 orang, kenyataannya ada 1.383
pendaftar mengikuti seleksi.
Menurut dia, mengajar di daerah
terpencil selama satu tahun memang tidak mudah. ”Apalagi kalau tidak tersambung
dengan sinyal (telekomunikasi), jadi tidak bisa menulis status kalau galau,”
katanya disambut tawa ratusan mahasiswa UMY.
Namun, dalam setahun mengajar di
daerah terpencil, Anies berani memastikan bisa mendapatkan rumah dan pengalaman
baru. Para sarjana dituntut bisa menyelesaikan
tiap masalah pendidikan di daerah terpencil.
”Pengalaman bagi pengajar muda
disana menunjukkan bahwa mereka bisa menjadi inspirasi sekaligus mengabdi
kepada bangsa,” tuturnya disambut tepuk tangan meriah.
Melalui program ini, para pengajar diajak menyadari
bahwa
No comments:
Post a Comment